Strukturalisasi dipandang sangat penting bagi organisasi manapun. Hanya saja bila organisasi itu berpacu pada strutural belaka, mau sampai kapan organisasi itu dapat mandiri. Kesadaran dari tiap-tiap perorangan dirasa sangat perlu digalakan, agar organisasi itu tidak bergerak seperti gerombolan bebek. Maka konsep yang selalu berujukan kepada sosok struktural harus dikikis selayaknya, agar setiap manusia yang hadir dalam organisasi dapat berkreasi mandiri tanpa memandang hirarki kepemimpinan. Dimaksudkan di sini bukan terhadap sisi kepatuhan atau ketidakpatuhan kita pada tangga-tangga kekuasaan, selebih terhadap kebebasan berkreasi yang memberi ruang kepercayaan diri pada setiap lini-lini manusia organisasi.
Sosok kepemimpinan itu sendiri akan muncul atas kaidah kultur apa yang telah dibagun oleh dirinya terhadap lingkungan. Karena sejatinya kepemimpinan itu akan selalu tersosokan oleh naluri masing-masing yang menilai kadar kepiawaian manusia yang tersosokan dalam kepemimpinan.
Menerawang keadaan realitasnya, dewasa ini masyarakat selalu muak dengan pemimpinannya masing-masing meskipun tidak semua dapat digambarkan seperti itu. Akan tetapi kemuakan ini menjadi opini yang dominan melihat rangkaian gumam-gumam selalu terlontar bilamana kepimpinan itu dikomentari. Dari akar masalah ini, dapat ditarik sebuah anggapan bahwa kepemimpinan selalu meninggalkan sisa-sisa luka bekas kecacatannya yang menjadi bahan bicaraan kalangan pemerhati dan kepemimpinan seseorang itu bukanlah kepemimpinan tuhan yang selalu bertindak absolut.
Bila merujuk kepada budaya mengerutu, masalah-masalah yang bersifat kepemimpinan tidak akan terselesaikan. Yang ada hanya coretan-coretan komentar terhadap kepemiminan. Maka selaku anggota atau bagian yang dipimpin harus turut andil dalam pemecahan masalah ini. Salah satunya, bersama-sama menuntaskan terhadap sesuatu yang dituju dari visi dan misi bersama organisasi. Daripada itu, hal-hal yang menyangkut strukturalis seharusnya tidak menjadi alasan ataupun hambatan untuk berkerja. Karena jika duduk dalam suatu organisasi yang mempunyai tujuan bersama maka dalam masalah pengerjaannya pun marilah bekerja bersama-sama dan tidak perlu lagi memandang siapa pemimpin siapa yang dipimpin. Viva la anarcism.